Ada seorang pengusaha yang datang ke sebuah pesantren yatim-piatu dan meminta kepada pimpinan pesantren untuk tolong didoakan agar bisa memenangkan tender proyek yang sedang diikutinya dan ia berjanji akan bersedekah ke pesantren itu apabila menang tender itu.
Menanggapi hal itu, pak Kyai pimpinan pesantren bertanya kepada pengusaha, apakah dia hafal bacaan surat Al-Fatihah dan meminta pengusaha itu untuk membacanya.
Ketika pengusaha mulai membaca surat Al-Fatihah dan sampai pada bacaan "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin". Pak Kyai menstop bacaan, "Sudah-sudah cukup..., Berhenti sampai di situ!" pinta pak kyai. Si pengusaha pun menghentikan bacaan.
"Ayat yang terakhir anda baca itu mengerti tidak maksudnya?" tanya pak Kyai.
"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin, pak Kyai?" tanya si pengusaha menegaskan.
"Ya, yang itu!" jawab kyai.
"Oh itu saya sudah tahu artinya, hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." tandas si pengusaha.
Pak Kyai lalu berujar enteng, "Oh, rupanya masih sama Al-Fatihah anda dengan saya punya."
"Maksud pak kyai...?" tanya si pengusaha heran.
"Saya kira Al-Fatihah anda sudah terbalik menjadi iyyaka nasta'iin wa iyyaka na'budu." jawab pak Kyai.
Si pengusaha jadi bingung mendengar penjelasan pak Kyai, ia pun berkata, "Saya masih belum mengerti pak Kyai."
Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan si pengusaha, beliau pun menjelaskan, "Tadi anda menyampaikan kalau menang tender maka anda akan sedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu adalah 'iyyaka nasta'iin wa iyyaka na'budu'. Jika Al-Fatihah anda tidak terbalik, pasti anda sedekah dulu ke pesantren ini, Insya Allah pasti menang tender."
Deggg! Keras sekali sindiran menghujam jantung hati si pengusaha.
Pada esok harinya, pak Kyai menerima telpon dari pengusaha itu yang menyampaikan bahwa ia sudah mentransfer sedekahnya ke rekening pesantren. Setelah dicek oleh pak Kyai ternyata uang yang disedekahkan oleh pengusaha itu cukup besar yaitu Rp. 200 juta. Pak Kyai pun sangat bersyukur atas sedekah itu.
Setelah habis maghrib, pak kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren itu. Mereka membaca Al-Quran, dzikir & doa yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh si pengusaha.
Seminggu berselang si pengusaha menelpon pak kyai. Pengusaha itu menyampaikan terima kasih karena telah didoakan dan ia ternyata memang memenangkan tender dengan nilai Rp. 9,8 milyar.
Makna dari kisah sedekah pengusaha yang minta didoakan ini adalah tunjukkan dulu kepatuhan kita kepada Allah swt dan kemudian baru minta tolong kepada-Nya. Si pengusaha menunjukkan kepatuhannya kepada Allah swt dengan sedekah yang diberikannya dan ia kemudian minta tolong kepada Allah swt melalui doa-doa para ustadz dan santri di pesantren itu.
Menanggapi hal itu, pak Kyai pimpinan pesantren bertanya kepada pengusaha, apakah dia hafal bacaan surat Al-Fatihah dan meminta pengusaha itu untuk membacanya.
Ketika pengusaha mulai membaca surat Al-Fatihah dan sampai pada bacaan "Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin". Pak Kyai menstop bacaan, "Sudah-sudah cukup..., Berhenti sampai di situ!" pinta pak kyai. Si pengusaha pun menghentikan bacaan.
"Ayat yang terakhir anda baca itu mengerti tidak maksudnya?" tanya pak Kyai.
"Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'iin, pak Kyai?" tanya si pengusaha menegaskan.
"Ya, yang itu!" jawab kyai.
"Oh itu saya sudah tahu artinya, hanya Engkaulah yang kami sembah, dan hanya kepada Engkaulah kami meminta pertolongan." tandas si pengusaha.
Pak Kyai lalu berujar enteng, "Oh, rupanya masih sama Al-Fatihah anda dengan saya punya."
"Maksud pak kyai...?" tanya si pengusaha heran.
"Saya kira Al-Fatihah anda sudah terbalik menjadi iyyaka nasta'iin wa iyyaka na'budu." jawab pak Kyai.
Si pengusaha jadi bingung mendengar penjelasan pak Kyai, ia pun berkata, "Saya masih belum mengerti pak Kyai."
Pak Kyai tersenyum melihat kebingungan si pengusaha, beliau pun menjelaskan, "Tadi anda menyampaikan kalau menang tender maka anda akan sedekah ke pesantren ini. Menurut saya itu adalah 'iyyaka nasta'iin wa iyyaka na'budu'. Jika Al-Fatihah anda tidak terbalik, pasti anda sedekah dulu ke pesantren ini, Insya Allah pasti menang tender."
Deggg! Keras sekali sindiran menghujam jantung hati si pengusaha.
Pada esok harinya, pak Kyai menerima telpon dari pengusaha itu yang menyampaikan bahwa ia sudah mentransfer sedekahnya ke rekening pesantren. Setelah dicek oleh pak Kyai ternyata uang yang disedekahkan oleh pengusaha itu cukup besar yaitu Rp. 200 juta. Pak Kyai pun sangat bersyukur atas sedekah itu.
Setelah habis maghrib, pak kyai mengumpulkan seluruh ustadz dan santri di pesantren itu. Mereka membaca Al-Quran, dzikir & doa yang panjang untuk hajat yang ingin dicapai oleh si pengusaha.
Seminggu berselang si pengusaha menelpon pak kyai. Pengusaha itu menyampaikan terima kasih karena telah didoakan dan ia ternyata memang memenangkan tender dengan nilai Rp. 9,8 milyar.
Makna dari kisah sedekah pengusaha yang minta didoakan ini adalah tunjukkan dulu kepatuhan kita kepada Allah swt dan kemudian baru minta tolong kepada-Nya. Si pengusaha menunjukkan kepatuhannya kepada Allah swt dengan sedekah yang diberikannya dan ia kemudian minta tolong kepada Allah swt melalui doa-doa para ustadz dan santri di pesantren itu.
Terimakasih telah membaca Sedekah Pengusaha Yang Minta Didoakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar